Aliran Fluida Incompressible
Fluida adalah zat
yang tidak dapat
menahan perubahan bentuk
(distorsi) secara permanen. Bila bentuk suatu massa fluida akan
diubah, maka di dalam fluida akan terbentuk lapisan-lapisan
hingga mencapai suatu bentuk baru. Pemahaman
tentang fluida sangat
penting untuk dapat menyelesaikan soal-soal pergerakan
fluida melalui pipa, pompa
dan peralatan proses atau alat ukur laju alir pada fluida.
Fluida
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu
:
a. Fluida tak
mampu mampat (Incompressible),
yaitu : densitas fluida hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang besar terhadap tekanan dan suhu. Contoh : Air.
b. Fluida
mampu mampat (Compressible), yaitu
: fluida yang apabila diberi gaya tekanan, maka volume dan suhunya akan
mengalami perubahan. Contoh : Gas.
2.1.Laju
Alir Fluida dan Alat Ukur Laju Alir
Laju alir fluida dalam pipa
dapat diukur secara langsung maupun
tidak langsung. Alat
ukur laju alir
secara umum disebut
dengan flowmeter. Jenis-jenis
flowmeter, diantaranya :
piston, oval-gear disk,
rotary-vane type, orifice
plate, venturi tube,
flow nozzle, pitot tube,
elbow, rotarmeter dan
lain-lain. sedangkan untuk
mengatur besar kecilnya aliran tersebut digunakan katup atau
Valve. Gambar beberapa contoh
Valve. Prinsip kerja setiap pengukur aliran
tersebut didasari oleh
prinsip fisika yang
sama, yaitu peningkatan
kecepatan menyebabkan penurunan tekanan.
Perbedaan antara pengukur
aliran tersebut hanya
masalah harga, keakuratan
dan seberapa dekat
bekerjanya alat ini mengikuti asumsi-asumsi aliran yang diidealkan.
2.2.Bilangan
Reynold dan Jenis Aliran
Angka Reynold
mempelajari kondisi dimana
suatu jenis aliran
berubah menjadi aliran jenis
lain dan menemukan bahwa kecepatan
kritis, dimana aliran
laminair berubah menjadi
aliran turbulen tergantung dari 4 buah besaran, yaitu
: diameter tabung,
viscositas, densitas dan
kecepatan linear rata-rata zat cair.
Bilangan Reynold
yaitu perbandingan antara
inersia dan gaya gesek.
Laju alir dan berat jenis adalah gaya inersia, sedangkan diameter pipa dan viscositas adalah gaya gesek.
Aliran fluida didalam pipa terbagi menjadi dua,yaitu :
a. Aliran Laminair, adalah aliran fluida yang mengalir
secara halus dengan kecepatan aliran
yang rendah disepanjang pipa dan mempunyai
profil kecepatannya berbentuk
parabola. Aliran laminair mempunyai angka Reynold kurang dari
2100.
b. Aliran Turbulen,
adalah aliran yang
terjadi pada kecepatan
tinggi atau viscositas
rendah, aliran akan
terpecah menjadi pusaran-pusaran yang
bergerak sepanjang pipa
dengan kecepatan rata-rata yang
sama. Aliran turbulen memiliki nilai
bilangan Reynold diatas 3000.
2.3.POMPA
Salah satu
alat untuk memindah
fluida dari suatu
tempat ketempat yang
lain disebut pompa. Pompa
digunakan dalam sistem
aliran untuk meningkatkan energi mekanik fluida yang mengalir
dengan tujuan mempertahankan
aliran. Pada pompa, densitas
fluida konstan dan besar.
Perbedaan tekanan biasanya cukup besar. Daya pompa (P) yang diberikan kepada penggerak pompa dari
sumbu luar atau dihitung dari laju aliran massa dan tinggi tekan yang dibangkitkan pompa (Pf) dan effisiensi pompa (η).
Istilah-istilah yang terdapat pada pompa, antara lain:
a. Disharge head ialah
jarak antara pusat pompa kepermukaan cairan paling atas
b. Suction
head ialah antara pusat pompa kepermukaan cairan pada posisi bawah dari atas pusat pompa
c. Suction leaf ialah jarak antara pusat pompa ke
permukaan cairan di bawah pusat pompa
d. Total head ialah jarak total permukaan cairan
Gbr (a),(b). Posisi pompa terhadap tangki dalam aliran fluida
|
2.4.Menentukan Debit
2.5.Menentukan Kehilangan
Tinggi Tekan pada Pipa Lurus
1. Rumus Darcy
1.
Rumus Strickler
3.6 Hubungan antara Bilangan Reynold dengan
Koefisien Gesek Darcy
Rumus Blassius :
Aliran
air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena berbagai sebab
dari keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air juga akibat arah
arus yang tidak mudah untuk digambarkan. Misalnya aliran sungai yangs edang banjir, air terjun dari suatu
ketinggian tertentu, dan sebagainya. Contoh yang disebutkan di bagian
depan memberikan gambaran mengenai bentuk yang sulit dilukiskan secara pasti.
Namun demikian, bila kita kaji secara mendalam maka dalam setiap gerakan
partikel tersebut akan selalu berlaku hukum ke-2
Newton. Oleh sebab itu, agar kita labih mudah untuk memahami
perilaku air yang mengalir diperlukan pemahaman yang berkaitan dengan kecepatan
(laju air) dan kerapatan air dari setiap ruang dan waktu. Bertolak dari
dua besaran ini aliran air akan mudah untuk dipahami
gejala fisisnya, terutama dibedakan macam-macam alirannya.
Bertolak dari kecepatan sebagai fungsi dari tempat dan waktu dapat dibedakan
menjadi:
a.
Aliran steady (mantap) dan non steady (tidak mantap)
b.
Aliran rotational dan aliran irotational
Aliran air
dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan air pada setiap titik
tertentu setiap saat adalah konstan. Hal ini berarti pada titik tersebut
kelajuannya akan selalu konstan. Hal ini barati pada
aliran steady (mantap) kelajuan pada satu titik tertentu adalah tetap
setiap saat, meskipun kelajuan aliran secara keseluruhan itu berubah/berbeda.
Aliran steady
ini akan banyak dijumpai pada aliran air yang memiliki
kedalaman yang cukup, atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan yang kecil.
Sebagai contoh aliran steady ini adalah aliran laminier,
yakni bahwa arus air memiliki arus yang sederhana (streamline/arus
tenang), kelajuan gerak yang kecil dengan dimensi vektor kecepatannya berubah
secara kontinyu dari nol pada dinding dan maksimum pada sumbu pipa (dimensi
linearnya kecil) dan banyak terjadi pada air yang memiliki kekentalan rendah.
Selanjutnya aliran air dikatakan tidak mantap (non steady)
apabila kecepatan v pada setiap tempat tertentu dan setiap saat tidak konstan.
Hal ini
berarti bahwa pada aliran ini kecepatan v sebagai fungsi dari waktu.
Dalam aliran ini elemen penyusun air akan
selalu berusaha menggabungkan diri satu sama lain dengan elemen air di
sekelilingnya meskipun aliran secara keseluruhan berlangsung dengan lancar. Contoh aliran tidak steady ini adalah aliran turbulen, yakni
bahwa partikel dalam fluida mengalami perubahan kecepatan dari titik ke titik
dan dari waktu ke waktu berlangsung secara tidak teratur (acak). Oleh sebab itu aliran turbulen biasanya terjadi pada kecepatan air
yang tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi serta memiliki dimensi linear
yang tinggi, sehingga terdapat kecenderungan berolak selama pengalirannya.
Di samping aliran laminier dan aliran turbulen dikenal pula
aliran yang memiliki profil kecepatan datar, tetapi aliran ini hanya dikenal
pada fluida yang tidak memiliki kekentalan (koefisien kekentalannya nol) dan
mengalir secara lambat. Sedangkan air adalah tergolong pada fluida yang memiliki
kekentalan, sehingga air tidak dapat digolongkan sebagai aliran datar.
Selanjutnya aliran irrotational adalah aliran air
yang tidak diikuti perputaran partikel penyusun air tersebut, sedangkan aliran rotational
adalah aliran yang diikuti perputaran partikel penyusun air. Hal ini memberikan gambaran bahwa
untuk aliran rotational dapat diberikan istilah rotasi. Salah satu cara untuk mengetahui adanya aliran rotasi ini antara lain
bila di permukaan air terapung sebuah tongkat yang melintang selama aliran
gerak tongkat tersebut akan mengalami gerakan yang berputar di samping
berpindag secara translasi akibat aliran air tersebut. Contoh
aliran rotasi adalah aliran yang berupa aliran pusaran, yakni suatu aliran yang
vektor kecepatannya berubah dalam arah tegak/transversal.
Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang mengalir maka akan dikenal
aliran-aliran sebagai berikut:
- Aliran viscous
dan aliran non viscous
- Aliran
termampatkan dan aliran tak termampatkan
Aliran
viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut aliran fluida
pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan antara
beberapa partikel penyusun fluida. Di samping itu juga gesekan antara fluida itu sendiri
dengan tempat terjadinya aliran tersebuut. Untuk
aliran air lebih didekatkan pada aliran dengan kekentalan yang rendah, sehingga
aliran air dapat berapda pada aliran non viscous.
Selanjutnya aliran termampatkan adalag aliran yang
terjadi pada fluida yang selama pengalirannya dapat dimampatkan atau berubah
volumenya, sehingga akan mengubah pula massa jenis
fluida tersbeut. Aliran termampatkan ini pada umumnya berlangsung pada gas,
sedangkan pada air alirannya lebih didekatkan pada pengertian aliran tak
termampatkan yakni bahwa selama pengaliran air tersebut massa
jenis air dianggap tetap besarnya.
Dari uraian yang telah dikemukakan di bagian depan, maka
agar aliran air dapat dipahami dengan mudah maka aliran yang dimaksud dalam
pembahasan nanti labih ditekankan pada aliran-aliran yang meliputi:
1.
Aliran air merupakan aliran yang mantap
2.
Aliran air merupakan aliran yang tidak berputar (irrotational = tidak
berotasi)
3.
Aliran air merupakan aliran yang tidak termampatkan, yakni bahwa selama
pengaliran berlangsung massa jenisnya tetap
4.
Aliran air merupakan merupakan aliran tanpa kekentalan (kekentalannya rendah)
Melalui pengertiannya seperti yang telah dikemukakan di atas selanjutnya akan dikenal aliran stasioner, yakni bahwa aliran air
tersebut akan membentuk gas alir yang tertentu dan partikel penyusun air akan
melalui jalur tertentu yang pernah dilalui oleh pertikel penyusun air di
depannya.
Pada aliran stasioner tersebut
garis alirnya digambarkan dalam titik P, Q, dan R. Hal ini berarti air akan
lewat pada titik-titik P, selanjutnya Q dan R. Pada aliran ini di setiap titik
dalam pipa tersebut (titik P, atau titik Q atau titik R) tidak bekerja gaya,
dan beda tekanan pada masing-masing titik dapat ditiadakan. Oleh sebab itu
kecepatan aliran air di titik tertentu adalah sama. Namun demikian kecepatan aliran pada titik P, titik Q, dan titik R
dapat saja berbeda besarnya. Gambar berikut adalah gambar yang
memperlihatkan arus yang streamline dan
turbulen.
Garis-garis yang digambarkan dalam tabung 3 ini disebut
sebagai garis alir atau garis alur. Kecepatan titik A, B, dan C akan berbeda-beda.
Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak
berdimensi. Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan
aliran laminier dan turbulen di satu pihak, dan di lain pihak dapat
dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung
dalam air. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam satu tabung/pipa
atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan bentuk aliran
yang satu menjadi aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya
tidaklah terjadi secara tiba-tiba tetapi memerlukan waktu antara, yakni suatu
waktu yang relatif pendek dengan diketahuinya kecepatan kristis
dari suatu aliran. Kecepatan kritis ini pada umumnya akan
dipengaruhi oleh ukuran pipa, jenis zat cair yang lewat dalam pipa tersebut.
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan terdapat empat
besaran yang menentukan apakah aliran tersebut digolongkan aliran laminier
ataukah aliran turbulen. Keempat besaran tersebut adalah besaran massa jenis air, kecepatan aliran, kekentalan, dan diameter
pipa. Kombinasi dari keempatnya akan menentukan
besarnya bilangan Reynold. Oleh sebab itu, bilangan Reynold
dapat dituliskan dalam keempat besaran tersebut sebagai berikut.
Re = (ρ
v D)/η
Keterangan:
Re :
bilangan Reynold
ρ : massa jenis
η :
viscositas/kekentalan
v : kecepatan
aliran
D
: diameter pipa
Hasil perhitungan berdasarkan
eksperimen didapatkan ketentuan bahwa untuk bilangan Reynold berikut ini:
0
< Re ≤ 2000, aliran disebut laminier
2000
< Re ≤ 3000, aliran disebut transisi antara laminier dan aliran
turbulen
Re
> 3000, aliran turbulen
Dalam pembahasan aliran air, baik aliran air yang lewat
sungai maupun melalui pipa oleh PAM, istilah debit air banyak dikenal.
Debit merupakan ukuran banyaknya
volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat ditampung dalam
suatu tempat tiap satu satuan waktu tertentu. Satuan debit pada umumnya mengacu
pada satuan volume dan satuan waktu. Apabila Q menyatakan debit air dan v
menyatakan volume air, sedangkan ∆t adalah selang waktu tertentu mengalirnya
air tersebut, maka hubungan antara ketiganya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Q = V/∆t
V
: volume satuannya m3 (MKS) atau cm3 (cgs)
∆t
: selang waktu tertentu satuannya second
Satuan Q adalah m3/sec
(MKS) dan cm3 (cgs)
Seperti telah diungkapkan di bagian
depan bahwa aliran air pada umumnya berkaitan dengan kecepatan pengalirannya,
dan massa jenis air itu sendiri. Aliran
air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimampatkan
dan berpindah tanpa mengalami gesekan. Hal ini berarti
bahwa pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada
masing-masing titik dalam pipa dan geraknya beraturan akibat pengaruh gravitasi
bumi di suatu tempat terhadap partikel penyusun air tersebut. Namun
demikian sifat seperti yang telah diungkapkan di bagian depan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari sering sulit dijumpai dalam kenyataan, sehingga besarnya
debit air yang mengalir pada sembarang aliran tersebut juga tidak mudah. Oleh
sebab itu dalam pembahasan kita nanti ukuran debit didasarkan pada aliran ideal
seperti yang telah diungkapkan di bagian depan. Gerak zat cair dalam tabung dari posisi (a) dan (b)
suatu pipa
terbuka yang luas penampang ujung kiri adalah A1 dan mengalir air
dengan kecepatan V1, selanjutnya air mengalir melalui pipa kanan
yang memiliki luas penampang A2 dengan kecepatan pengaliran adalah V2,
maka berdasarkan sifat yang telah dikemukakan di depan akan berlaku hukum
kekekalan massa, yakni bahwa selama pengaliran tidak ada fluida yang hilang,
maka selama t detik akan berlaku persamaan:
A1 V1
g t = A2 V2 g t
A1 V1
= A2 V2 = konstan
Persamaan tersebut merupakan
persamaan kontinuitas, dan sebagai konsekuensi aliran semacam ini adalah bahwa
lecepatan pengaliran air akan terbesar pada suatu
tempat yang memiliki luas penampang terkecil.
Di
sini volume air yang mengalir V = A v t
Jadi selama t detik besarnya debit
air yang dapat keluar adalah
Q = (A v t)/t
Q = A v
Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air dalam suatu tabung akan bergantung pada tingginya permukaan air di dalam tabung
tersebut dan luas penampang lubang yang terdapat dalam tabung. Hal ini berarti
bahwa debit air yang mengalir dalam tabung akan
bergantung pada ketinggian permukaan air dalam tabung dan luas penampangnya.
Gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa tabung dengan ketinggian permukaan air
yang sama tingginya tetapi luas lubang pengaliran
berbeda. Selanjutnya air dibiarkan mengalir dalam waktu yang sama.
Dari gambar di atas nampak jelas
bahwa banyaknya air yang meluah melalui lubang tabung yang memiliki luas
penampang yang lebih besar akan lebih banyak
dibandingkan dengan tabung yang memiliki luas penampang yang lebih kecil. Hal ini disebabkan luas penampang lubang pengaliran air berbeda,
yakni lubang yang satu lebih besar dari yang lainnya.
Selanjutnya perhatikan gambar berikut ini, di bawah ini terdapat dua tabung sama besar, diberikan dua lubang yang sama besarnya dan
lubang tersebut berada pada ketinggian yang sama. Seterusnya
pada tabung diisi dengan air yang berbeda tingginya dan dibiarkan air mengalir
melalui lubang tersebut.
Dari aliran air dalam selang waktu
yang bersamaan akan dapat diketahui bahwa air dalam
lubang tabung yang memiliki permukaan yang lebih tinggi akan memberikan
gambaran debit air yang lebih besar daripada tabung yang memiliki ketinggian
permukaan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan pada permukaan air yang lebih
tinggi gaya berat yang diberikan air semakin besar,
sehingga memiliki kecenderungan tekanan yang lebih besar daripada tabung yang
memiliki ketinggian permukaan air yang lebih rendah. Akibatnya aliran air akan lebih cepat dari yang lainnya. Dengan demikian akan memiliki debit yang lebih besar dari lainnya, semakin
tinggi permukaan air dalam tabung akan semakin besar kecepatan air yang keluar
dari tabung.
Sumber :
Euler,Leonard.
1983. Mekanika Fluida. Jakarta :
Erlangga.
Haliday,
D. 1996. Fisika 2. Jakarta : Erlangga.
Komentar
Posting Komentar