Perencanaan Gas Lift
Banyak
faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan gas lift. Umumnya
perencanaan intermittent flow akan lebih rumit dari pada continuous flow,
karena peralatannya lebih komplek dan adanya pengaturan siklus injeksi.
Dalam perencanaan gas
lift, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a.
Kondisi sumur, yang terdiri dari :
-
Kedalaman sumur dan perforasi
-
Diameter tubing dan casing.
b.
Kondisi reservoir, yang terdiri
dari :
-
Tekanan statik dasar sumur dan
tekanan aliran dasar sumur
-
Gradien statik cairan dan gradien
temperatur
-
Indek produktivitas.
c.
Data-data produksi sumur, yang
terdiri dari :
-
Laju aliran/laju produksi
-
Gas liquid ratio (GLR)
-
Tekanan di kepala sumur (THP)
-
Tekanan balik separator dan kadar
air.
d.
Keadaan lingkungan, yang terdiri
dari :
-
Tekanan gas injeksi yang tersedia
di permukaan
-
Cadangan gas yang tersedia
-
Gradien fluida untuk mematikan sumur.
Adapun prosedur untuk
perencanaannya adalah sebagai berikut :
1.
Kumpulkan data yang diperlukan,
seperti kedalaman sumur, ukuran tubing dan casing, panjang flow line, water
cut, SG gas, BHT, IPR dan PI, oAPI minyak, Pwf dan Pws,
Bo pada berbagai tekanan, viskositas minyak, tekanan aliran di dalam
tubing dan permukaan serta tekanan separator.
2.
Tentukan tipe instalasi yang
diperlukan.
3.
Pilih tipe valve berdasarkan
gradien unloading, berat fluida dalam tubing, back pressure dari formasi,
kedalaman permukaan fluida dalam casing dan tekanan injeksi.
4.
Tentukan spasi valve, titik injeksi
dan penempatan valve.
5.
Perkirakan gas yang dibutuhkan,
tekanan injeksi gas, pemilihan kompresor yang sesuai, dan laju produksi minyak
yang diharapkan.
6.
Perkirakan frekuensi siklus dan
tekanan waktu stabilisasi untuk intermittent flow.
7.
Kontrol injeksi gas ke dalam sumur
melalui choke control, regulator control dan pengamatan time cycle.
Untuk menentukan titik injeksi sumur
continuous gas lift, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Hitung GLR formasi dengan persamaan
berikut :
2.
Pilih grafik pressure traverse yang
sesuai dengan spesifikasi yang diketahui, kemudian buat tabulasi flowing
pressure traverse sebagai berikut :
No
|
Actual Depth,
ft
|
ECD, ft
|
Tubing Pressure Traverse
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
Tentukan casing pressure traverse
Ada
dua cara :
- Bila diketahui gradien tekanannya
(Gfc), maka casing pressure pada kedalaman tertentu (CPT) dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
CPT
= (Gfc ´
Kedalaman sumur) + Tekanan di permukaan
- Dengan menggunakan grafik hubungan
antara injection gas pressure(sumbu x) dan injeksi gas di permukaan (sumbu y).
4. Tentukan kedalaman titik injeksi
(operating valve) Lov dan tekanan tubingnya (Pt @ Lov), dari
perpotongan grafik flowing pressure traverse dengan grafik CPT.
5.
Bila terdapat pressure differential
cross valve maka kedalaman titik injeksi sama dengan kedalaman Lov,
tetapi Pov2 = Pov1 -
differential valve.
Spasi
valve dapat ditentukan secara analitis sebagai berikut :
dimana
:
D1 =
kedalaman valve 1, ft
Pvo1 =
tekanan pembuka valve 1 saat dites, psi
Psp =
tekanan separator, psia (jika produksi tidak ke separator, misalnya ke
pit, maka Psp = 0)
Gs =
Gradien statik fluida, biasanya diambil = 0.5 psi/ft.
dimana
:
D2 =
jarak antara valve 2 dengan valve 1, ft
G2 =
unloading gradient, psi/ft.
dimana:
Dn =
jarak antara valve ke-n dengan valve n-1, ft.
Komentar
Posting Komentar