Jalan Menuju Iman : Kebutuhan akan Rasul Allah & Petunjuk Kehidupan
Pada bagian ini kita akan membahas,
Apakah manusia membutuhkan Rasul? Serta, Apakah benar sesungguhnya Al-Quran itu
merupakan Firman Allah ataukah hanya karangan Muhammad SAW?😲😊 Adapun bukti
kebutuhan manusia terhadap para Rasul, dapat kita lihat dari fakta bahwa
manusia adalah makhluk Allah SWT. Dan beragama adalah sesuatu yang fitri pada
diri manusia, karena termasuk salah satu naluri yang ada pada manusia. Dalam
fitrahnya, manusia senantiasa mensucikan Penciptanya. Aktivitas inilah yang
dinamakan ibadah, yang berfungsi sebagai tali penghubung antara manusia dengan
Penciptanya. Apabila hubungan ini dibiarkan begitu saja tanpa aturan, tentu
akan menimbulkan kekacauan ibadah. Bahkan dapat menyebabkan terjadinya
penyembahan kepada selain Pencipta. Jadi, harus ada aturan tertentu yang
mengatur hubungan ini dengan peraturan yang benar. Hanya saja, aturan ini tidak
boleh datang dari manusia. Sebab, manusia tidak mampu memahami hakekat Al-Khaliq sehingga dapat meletakkan
aturan antara dirinya dengan Pencipta. Maka, aturan ini harus datang dari Al-Khaliq. Karena aturan ini harus
sampai ke tangan manusia, maka tidak boleh tidak harus ada para Rasul yang
menyampaikan agama Allah ini kepada umat manusia.😉👌
Bukti lain kebutuhan manusia
terhadap para Rasul adalah bahwa pemuasan manusia terhadap tuntutan gharizah (naluri) serta
kebutuhan-kebutuhan jasmani, adalah keharusan yang sangat diperlukan. Pemuasan
semacam ini jika dibiarkan berjalan tanpa aturan akan menjurus ke arah pemuasan
yang salah dan menyimpang, yang pada gilirannya akan menyebabkan kesengsaraan
umat manusia. Dengan demikian, harus ada aturan yang mengatur setiap naluri dan
kebutuhan jasmani ini. Hanya saja, aturan ini tidak boleh datang dari pihak
manusia. Sebab, pemahaman manusia dalam mengatur naluri dan kebutuhan jasmani
selalu berpeluang terjadi perbedaan, perselisihan, pertentangan, dan
terpengaruh lingkungan tempat tinggalnya. Apabila manusia dibiarkan membuat
aturan sendiri, tentu aturan tersebut akan memungkinkan terjadinya perbedaan,
perselisihan, dan pertentangan, yang justru akan menjerumuskannya ke dalam
kesengsaraan. Maka aturan tersebut harus datang dari Allah SWT melalui para
Rasul.
Mengenai bukti bahwa Al-Quran itu
datang dari Allah, dapat dilihat dari kenyataan bahwa Al-Quran adalah sebuah
kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dalam menentukan
darimana asal Al-Quran, akan kita dapatkan tiga kemungkinan. Pertama, kitab itu
adalah karangan orang Arab. Kedua, karangan Muhammad SAW. Ketiga, berasal dari
Allah SWT. Tidak ada lagi kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab,
Al-Quran adalah berciri khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya.
Kemungkinan pertama yang mengatakan
bahwa Al-Quran adalah karangan orang Arab, tidak dapat diterima. Sebab,
Al-Quran sendiri telah menantang mereka untuk membuat karya yang serupa.
Sebagaimana tertera dalam ayat:
“Katakanlah:
‘Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya” (TQS. Hud [11]: 13).
Dan pada ayat lain:
“Katakanlah:
(‘Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkan sebuah surat yang
menyerupainya” (TQS. Yunus [10]:
38).
Orang-orang Arab telah berusaha
keras mencobanya, akan tetapi tidak berhasil. Hal ini membuktikan bahwa
Al-Quran bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak mampu menghasilkan
karya yang serupa, kendati ada tantangan dari Al-Quran dan mereka telah
berusaha menjawab tantangan itu.
Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa
Al-Quran itu karangan Muhammad SAW, juga tidak dapat diterima oleh akal. Sebab,
Muhammad SAW adalah orang Arab juga. Bagaimanapun jeniusnya, tetap ia sebagai
seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya.
Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka
masuk akal pula apabila Muhammad —yang juga termasuk salah seorang dari bangsa
arab— tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Karena itu, jelas bahwa
Al-Quran itu bukan karangannya. Terlebih lagi dengan adanya banyak
hadits-hadits shahih yang berasal dari Nabi Muhammad SAW –yang sebagian malah
diriwayatkan lewat cara yang tawatur-
yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Apabila setiap hadits ini dibandingkan
dengan ayat manapun dalam Al-Quran, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan
dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW, disamping selalu
membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, dalam waktu yang bersamaan juga
mengeluarkan hadits. Namun, ternyata keduanya tetap berbeda dari segi gaya
bahasanya. Bagaimanapun kerasnya usaha seseorang untuk menciptakan berbagai
macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap saja akan terdapat kemiripan
antara gaya yang satu dengan yang lain, karena merupakan bagian dari ciri
khasnya dalam berbicara. Karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al-Quran
dengan gaya bahasa hadits, berarti Al-Quran itu bukan perkataan Nabi Muhammad
SAW. Masing-masing dari keduanya terdapat perbedaan yang tegas dan jelas.
Itulah sebabnya tidak seorang pun dari bangsa Arab —orang-orang yang paling
tahu gaya dan sastra bahasa arab— pernah menuduh bahwa Al-Quran itu perkataan
Muhammad SAW, atau mirip dengan gaya bicaranya.
Satu-satunya tuduhan yang
mereka lontarkan adalah bahwa Al-Quran itu disadur Muhammad SAW dari seorang
pemuda Nasrani yang bernama Jabr. Tuduhan ini telah ditolak
keras oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“(Dan)
Sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata: ‘Bahwasanya Al-Quran itu diajarkan
oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan
(bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (non-Arab), sedangkan
Al-Quran itu dalam bahasa arab yang jelas” (TQS. An-Nahl [16]: 103).
Apabila telah terbukti bahwa
Al-Quran itu bukan karangan bangsa Arab, bukan pula karangan Muhammad SAW,
berarti Al-Quran itu adalah kalamullah,
yang menjadi mukjizat bagi orang yang
membawanya.
Dan karena Nabi Muhammad SAW adalah
orang yang membawa Al-Quran —yang merupakan kalamullah
dan syariat Allah, serta tidak ada yang membawa syariat-Nya melainkan para Nabi
dan Rasul— maka berdasarkan dalil aqli
dapat diyakini secara pasti bahwa Muhammad SAW itu adalah seorang Nabi dan
Rasul.🙏💖💓
Komentar
Posting Komentar