Persatuan Umat Hanya di Atas Islam dan Syariatnya
Kita meyakini bahwa umat Islam adalah umat yang satu. Mereka
saling bersatu padu di hadapan selain mereka. Landasan persatuan ini adalah
berkumpul di atas Islam dan berhukum kepada syariatnya yang suci.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya walau
berbeda bahasa, warna kulit, dan negara. Tidak ada keutamaan seorang Arab atas
Non-Arab, tidak pula orang berkulit putih atas kulit hitam, kecuali dengan
takwa. Kriteria ini berlaku bagi semua ahli kiblat, selama mereka tidak
bersentuhan langsung dengan pembatal keIslaman yang sangat jelas, sehingga dia
keluar dari jama'ah kaum muslimin.
Jauh atau dekatnya hubungan manusia dengan orang muslim
tergantung dari kedudukannya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Orang jauh adalah yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam untuk dijauhi. Sedangkan orang dekat dan lurus adalah orang yang
dianggap dekat dan lurus oleh beliau.
Setiap seruan wala' dan bara' dengan selain Islam merupakan
seruan jahiliyah yang sangat dimurkai Allah dan Rasul-Nya.
Allah telah mengabarkan tentang persatuan umat Islam di atas
satu manhaj dan siapa yang disembah.
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً
وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu
semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku." (QS.
Al-Anbiya': 92)
Allah menjelaskan dasar pijakan persatuan dan kesatuan umat
adalah iman yang mencakup pembenaran kabar berita dan tunduk kepada syariat.
Allah juga menetapkan Ukhuwah Imaniyah (persaudaraan atas dasar iman) bagi
seluruh kaum mukminin, meskipun sebagian mereka melakukan pelanggaran syara'.
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)
“Dasar pijakan persatuan dan kesatuan umat adalah iman yang
mencakup pembenaran kabar berita dan tunduk kepada syariat Allah.”
Allah memerintahkan agar berpegang teguh hanya kepada
agama-Nya semata,
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." (QS. Ali Imran: 103)
Allah membatasi loyalitas dan kecintaan hanya kepada Allah,
Rasul-Nya dan kaum mukminin. Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا
وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ
آَمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ وَمَنْ
يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ
آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ
هُمُ الْغَالِبُونَ
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya,
dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah)." (QS. Al-Maidah: 55)
Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman mengjadikan
orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang beriman. Allah Ta'ala
berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ
أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ
عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah
kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?" (QS.
Al-Nisa': 144)
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ
اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا
أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ
نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang
kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali
(mu)." (QS. Ali Imran 28)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي
وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا
جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada
mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya
mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu." (QS.
Al-Mumtahanah: 1)
Allah menerangkan bahwa takwa menjadi poros penentu
kemuliaan di antara manusia. Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ
ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ
اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS.
Al Hujuraat: 13)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menguatkan makna di
atas dalam sabdanya,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ
وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ
أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ
عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى
عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى
أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى
أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan kalian
adalah satu dan bapak kalian juga satu (yaitu Adam). Ketahuilah, tidak ada
kemuliaan orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan tidak pula orang Ajam atas
orang Arab. Begitu pula orang berkulit merah (tidaklah lebih mulia) atas yang
berkulit hitam dan tidak pula yang berkulit hitam atas orang yang berkulit
merah, kecuali dengan takwa." (HR. Ahmad dan al-Bazzar)
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam juga menjelaskan bahwa
seruan jahiliyah tidak akan bersatu dengan seruan Islam,
وَمَنْ
دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ
جَهَنَّمَ قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَإِنْ صَامَ وَإِنْ
صَلَّى قَالَ وَإِنْ صَامَ
وَإِنْ صَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ
مُسْلِمٌ
"Siapa yang menyeru dengan seruan jahiliyah maka dia
menjadi bagian dari gundukan batu Jahannam. Para sahabat bertanya, 'Ya
Rasulullah, walau dia berpuasa dan shalat?' Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab, 'Walau dia berpuasa dan shalat serta mengaku dirinya sebagai seorang
muslim'." (HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahih
keduanya. Imam al-Hakim juga
mengeluarkannya dan menyatakan, "shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim.")
Beliau juga menjelaskan bahwa seruan jahiliyah sangat buruk
dan hina dalam Islam. Imam Bukhari meriwayatkan dari hadits Jabir bin Abdillah
radliyallahu 'anhu, berkata: "Kami pernah ikut serta berperang bersama
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Kalangan Muhajirin berkumpul bersama beliau
sehingga jumlah mereka banyak. Ada salah seorang muhajirin bergurau dengan
memukul pantat seorang Anshar. Karenanya, seorang Anshar tadi sangat marah
sehingga mereka saling berteriak. Seorang Anshar tadi memanggil, 'Wahai kaum
Anshar." Sementara seorang muhajirin tadi juga memanggil, "Wahai kaum
muhajirin." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar dan
bersabda, "Kenapa masih ada seruan orang-orang jahiliyah?" Lalu
bertanya, "Apa yang terjadi dengan mereka?" Kemudian diberitahukan
kepada beliau tentang kejadian pemukulan pantat oleh seorang muhajirin kepada
seorang Anshar." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Tinggalkanlah ini (seruan jahiliyah), karena ia sangat buruk"."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat berkhutbah pada
saat Fathu Makkah bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ قَدْ
أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَتَعَاظُمَهَا بِآبَائِهَا فَالنَّاسُ رَجُلَانِ بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ
عَلَى اللَّهِ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ
هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ وَالنَّاسُ
بَنُو آدَمَ وَخَلَقَ اللَّهُ
آدَمَ مِنْ تُرَابٍ
"Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah telah
menghilangkan kebanggaan jahiliyyah dan membanggakan nenek moyangnya. Maka
manusia hanya dua; (pertama), orang baik, bertaqwa dan mulia di sisi Allah.
(kedua), orang pendosa dan hina di sisi Allah. Manusia adalah anak keturunan
Adam, dan Allah menciptakan Adam berasal dari tanah." (HR. Tirmidzi dan
Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh al Albani)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ
وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
"Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul
pipi, merobek-robek pakaian, dan menyeru dengan seruan ala jahiliyah."
(HR. Al Bukhari)
Beliau juga menjelaskan siapa yang meninggal dalam
mengampanyekan fanatisme golongan ('ashabiyah), maka meninggalnya di atas
kejahiliyahan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa yang berperang di bawah bendera 'Amiyah'; dia marah karena
'ashabiyah, atau menyeru kepada 'ashabiyah, atau menolong 'ashabiyah lalu
terbunuh, maka kematiannya di atas kejahiliyahan." (HR. Muslim) Maksud
'Ashabiyah adalah seseorang tetap menolong kaumnya yang melakukan kedzaliman.
“Siapa yang meninggal dalam mengampanyekan fanatisme golongan
('ashabiyah), maka meninggalnya di atas kejahiliyahan. . .”
“'Ashabiyah adalah seseorang tetap menolong kaumnya yang
melakukan kedzaliman.”
Dalam riwayat lain, "Siapa yang terbunuh di bawah
bendera 'Amiyah; marah karena 'ashabiyah, berperang untuk membela 'ashabiyah,
maka bukan bagian dari umatku." (HR. Muslim)
Almas YLim
Komentar
Posting Komentar