Kemungkinan Tegaknya Khilafah dan Jaminan Kejayaan Umat Islam
Secara ilmiah dan empiris, sebenarnya kemungkinan tegaknya khilafah
di muka bumi?
Pasti akan tegak. Mengapa? Pertama, Khilafah
itu sebuah kewajiban, bahkan
dijanjikan oleh Allah Ta’ala. Dan semua janji Allah pasti akan terwujud asal
kita memenuhi semua syarat-syarat bagi terwujudnya janji-janji itu. Sebagaimana
jatuhnya Romawi Timur kepada Islam. Meski itu sangat sulit, tapi karena
keyakinan dari para sahabat, para pejuang Islam pada waktu itu bahwa jatuhnya
Romawi Timur ini adalah sebuah kemestian, sebuah kewajiban dan sekaligus
dijanjikan, maka misi sesulit itu tetap saja dilakukan. Ekspedisi untuk
menaklukkan Konstantinopel sudah di mulai semenjak Khalifah Usman bin Affan. Dan Anda tahu, sejarah membuktikan
Konstantinopel jatuh baru pada tahun 1453. Jadi hampir 700 tahun kemudian.
Ketika panglima Muhammad al-Fatih
masuk ke benteng Konstantinopel, dia
teringat kepada hadist yang berbunyi Fala
ni’ma al-amir, amiruha. Fala ni’ma al-jaiz fadzalika al-jaiz (sebaik-baik panglima perang adalah
panglima perang yang menaklukkan Konstantinopel, dan sebaik-baik tentara adalah
tentara yang menaklukkan Konstantinopel). Hadis itu dibaca oleh Muhammad al-Fatih, seolah-olah Nabi
memuji dirinya. Padahal hadis itu diucapkan pada 700 tahunan sebelum peristiwa
besar itu terjadi.
Bila untuk menaklukkan Konstantinopel
yang merupakan jantung dari adikuasa Romawi Timur saja akhirnya bisa dilakukan,
meski harus melalui upaya yang luarbiasa dan memakkan ratusan tahun, apalagi
untuk sebuah khilafah yang itu sudah pernah ada, dan tinggal membangkitkan
memori umat, tentu insha Allah akan lebih mudah.
Dalam pengalaman gerak Hizbut Tahrir,
pengalaman gerak saya di negeri ini sekian tahun lamanya, saya mendapatkan
respon yang luar biasa dari umat. Ketika umat ini makin lama makin mendukung, apalagi
ditambah dengan kondisi eksternal seperti bagaimana Amerika Serikat dengan
kejam menggempur Irak, juga Afganistan
tanpa bisa kita cegah sama sekali, dan konflik Israel dan Palestina yang sudah
lebih 50 tahun tidak juga kunjung selesai, para pemimpin umat pun berfikir lalu
solusinya apa? Apa yang bisa kita lakukan untuk membela diri? PBB sudah
terbukti lebih berpihak kepada negara-negara besar.
Organisasi Konferensi Islam (OKI)
juga tidak punya gigi karena masing-masing anggota lebih mementingkan negaranya
sendiri-sendiri. Negara-negara Arab sama saja, ASEAN apalagi. Pada puncaknya
mereka, para pemimpin umat itu, akan melihat bahwa gagasan khilafah ini yang
paling pas. Meski cita-cita itu sangat sulit. Dan kesulitan itu juga yang kami
rasakan. Tapi semua masih sangat mungkin berubah, baik karena faktor internal
maupun tekanan eksternal. Ada banyak tokoh-tokoh Islam yang pada 20 tahun yang
lalu ketika kami pertama kali muncul untuk menyampaikan ide khilafah ini tidak
mau mendengar atau bahkan mencibir dan sebagainya, sekarang berubah total,
mereka mendukung betul.
Pada kenyataannya pengamat dunia
internasional pun juga memperkirakan
khilafah Islam akan berdiri tidak lama lagi. National Intelligence Council (NIC) yang bersidang di Amerika
Serikat baru baru ini, menskenariokan bahwa pada tahun 2020 Islamic Caliphate (khilafah Islam) akan
berdiri.
Mereka menskenariokan empat
kemungkinan pada tahun 2020. Pertama, dunia tetap dipimpin oleh
Amerika Serikat. Kedua, dunia dipimpin oleh India atau China. Ketiga,
dunia dipimpin oleh seorang tiran, entah dari mana. Lalu yang Keempat
berdirinya Islamic Caliphate. Bila mereka saja bisa memprediksi bahwa khilafah
Islam akan berdiri, mengapa kita bilang itu tidak mungkin?
Bagaimana dengan adanya
pihak yang mengatakan, khilafah bukan satu-satunya jaminan bagi kejayaan umat
Islam?
Kejayaan umat ditentukan oleh dua
faktor. Yang pertama adalah sistem
yang baik. Dan yang kedua adalah
kepemimpinan yang amanah. Sistem yang baik itu adalah sistem yang berasal dari
Dzat yang Maha Baik, yaitu Allah Ta’ala. Itulah syariah Islam. Dan pemimpin
yang amanah adalah pemimpin yang mau tunduk kepada sistem yang baik tadi, dan
dia memimpin dengan penuh keadilan.
Secara i’tiqadiy, Allah Ta’ala telah menjamin syariah pasti akan membawa
rahmat. Nabi Muhammad diutus untuk membawa agama Islam sebagai rahmat bagi alam
semesta (rahmatan li al-‘alamin). Dari berbagai ayat dan hadits, kita dapat disimpulkan bahwa ‘hinama yakunu asy-syar’u takunu al-maslahah’, dimana ada hukum
syariat di situ pasti ada kemaslahatan. Sejarah pun membuktikan hal itu. Kejayaan Islam masa lalu pun diraih ketika
kehidupan Islam dimana di dalamnya
diterapkan syariat terwujud serta umat Islam bersatu dan bekerja keras di bawah
kepemimpinan seorang khalifah. Maka, kejayaan yang sama akan diraih kembali di
masa yang akan datang melalui jalan serupa.
Kalau kita percaya bahwa Islam dengan
akidah dan syariatnya datang untuk membawa rahmat, dan rahmat adalah segala
kebaikan yang kita angankan berupa kedamaian, keadilan, kesejahteraan,
kemajuan, kebersamaan dan sebagainya, maka bagaimana mungkin rahmat itu akan
terwujud kalau kemudian kita menolak ketentuan syariat Islam itu sendiri di
mana di dalam syariat itu ada perintah agar kita bersatu.
Kejayaan Islam dibawah Khilafah
diakui oleh siapapun yang membaca sejarah dengan jujur. Diantaranya, Will Durant, dalam The Story of Civilization, vol. XIII, ia menulis: Para khalifah telah memberikan keamanan
kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja
keras mereka. Para khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk
siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad
dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat
(dalam sejarah) setelah zaman mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka
menjadikan pendidikan tersebar luas, hingga berbagai ilmu, sastera, filsafat
dan seni mengalami kemajuan luar biasa, yang menjadikan Asia Barat sebagai
bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.
Jadi, bila bukan dengan khilafah,
lantas dengan apa umat Islam akan meraih kembali kejayaannya?
Bagaimana dengan pandangan
yang tidak setuju dengan solusi yang ditawarkan oleh Hizbut Tahrir menyangkut
penyelesaian problematika umat Islam yakni perbaikan sistem dan pemimpin
sekaligus. Bagi mereka yang penting pribadi masyarakat bagus, nanti otomatis sebuah
negara/bangsa akan bagus?
Itu asumsi yang tampak indah, tapi
tidak faktual. Nyatanya, orang akan cenderung menjadi baik dalam lingkungan dan
sistem yang baik. Begitu sebaliknya, orang yang baik akan cenderung tergerus
kebaikannya dalam lingkungan dan sistem yang buruk. Lihatlah sekarang ini,
dalam lingkungan yang korup banyak birokrat yang baik, akhirnya terseret juga
menjadi korup. Oleh karena itu dalam menyelesaikan problem kita harus menggarap
dua sisi sekaligus yakni sistem dan kepemimpinan.
Komentar
Posting Komentar