Radikalis Romantis
By : Felix Y Siauw
Respons orang terhadap dakwah Islam itu berbeda-beda, bila positif biasanya orang itu yang sudah berubah atau ingin berubah. Bila negatif bisa jadi dia tidak paham, atau bisa jadi juga dia memang tidak suka, punya kepentingan.
Saat saya membahas tentang cinta dalam pandangan Islam, pernikahan, Muslimah menutup aurat, biasanya ada komentar begini "Nah, begini aja, bagus, nggak usah bahas politik atau nyinggung pemerintah, atau promo khilafah", begitu.
Yang seperti ini, kemungkinan belum paham bahwa Islam itu tidak membeda-bedakan bahasan, sebab Islam itu lengkap, agama yang komprehensif, mengatur seluruh aktivitas kita, termasuk di dalamnya politik dan pemerintahan.
Tapi yang komentar semacam ini kebanyakan modus, para buzzer yang memang seolah-olah peduli tapi sebenarnya yang dia inginkan membentuk opini, bahwasanya ustadz dan ulama itu tidak pada tempatnya kalau berbicara politik.
Biasanya yang begini juga muncul saat kita menjelaskan posisi Islam diatas segalanya, termasuk mengatur politik, dengan kata-kata "Dulu saya ngefans ustadz, kalau begini, saya unfollow saja", padahal akun ini baru dibuat.
Pertama, kita tegaskan bagi kita sendiri, kita dakwah sebab Allah bukan manusia, rendah sekali kita berbuat karena orang, pahala jauh, maksiat iya, dipuji melambung dicela patah. Kita berdakwah sebab Allah perintahkan.
Kedua, yang membuat saya untuk berbicara tentang cinta adalah Islam, sama seperti yang mendorong saya untuk amar ma'ruf nahi munkar ketika ada yang salah pada penguasa, juga Islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama.
Jadi bila seorang Muslim itu romantis, maka itu sesuatu yang wajar, sebab Islam itu cinta. Dan bila seorang Muslim itu tidak bisa diam melihat kemunkaran itupun wajar, sebab Islam itu adil. Wajar dari tahun 2013 orang labeli saya radikalis romantis.
Justru aneh, jika seorang Muslim sangat anti pada maksiat pacaran, mendakwahkan hijab, memperbaiki akhlak, tapi justru abai terhadap kedzaliman yang lebih besar, seperti yang kita lihat sekarang, ini justru tidak pas.
Sebab Islam itu lengkap, membahas dari masuk kamar mandi hingga hidup bernegara, dari tatacara shalat di masjid hingga pengelolaan ekonomi. Sebab menyembah Allah itu sepanjang hayat, bukan sepotong-potong ayat.
Jadi jangan salahkan saya, bila saya radikal, mengakar pada Islam, sekaligus romantis, sayang pada manusia. Sebab keduanya itu dilandasi oleh dasar yang sama, keduanya muncul dari syahadat yang diyakini.
Komentar
Posting Komentar